Formasta

Menarik dan Lebih Unik

Literasi Mahasiswa Sumatera
UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung 

ForMASTA Tulungagung - Dalam membaca dan menulis ibarat kata kita mengenal seorang perempuan yang sederhana, tetapi sangat welcome kepada semua orang dan orang-orang akan merasa nyaman dengannya. Bila ia berbicara, banyak hal yang di ketahui nya. Ia mampu membuat lawan bicara ikut terlibat dalam pembicaraannya yang di kemukakan. Bahkan tutur katanya, santun, mengalir dan elastis. Jika ia mengemukakan sesuatu yang banyak di ketahui nya, maka orang lain tak merasa telah kehilangan eksistensinya lantaran digurui. Ia teman bicara yang menarik karena tiada merasa menjadi mbak guru.

Berbeda dengan seorang perempuan muda cantik secara fisik yang amat sempurna. Meskipun pada awalnya sejumlah pemuda tampak tertarik karena kecantikan fisiknya, namun sebentar kemudian mengacuhkan. Perempuan cantik itu tak mempunyai daya tarik lebih  kecuali fisiknya saja. Ia membicarakan yang itu-itu saja secara berulang-ulang. Bahkan ia mengulur-ulur kalimat hingga menjadi pusing kepala, menjemukkan dan tidak berkembang.

Demikian sikap pembaca terhadap sebuah tulisan. Oleh karena itu banyak penulis percaya “PEMBUKA” tulisan harus semenarik mungkin. Penulis perlu mengupayakan agar “PARAGRAF PEMBUKA” tulisannya memikat pembaca agar terus melahap tulisannya hingga selesai. Paragraf pembuka yang memikat merasa kenes, lincah dan cerdik. Pembaca Pun merasa tergoda untuk membaca lanjutnya, meski begitu paragraf pembuka yang cerdik tak selalu merangsang orang untuk membaca tulisan kita dan tidak sedikit orang yang membaca secara acak.

Salah satu daya tarik yang mengikat pembaca ialah tulisan yang tidak bertele-tele, yang ringkas (padat berisi). Tulisan demikian disusun dengan kalimat-kalimat efektif. Kalimat yang efektif selalu terstruktur jelas, yang di maksudkan dalam kalimat efektif ini mempu menyuruh pembaca untuk bertindak, membuat orang menangis, tertawa, meradang atau merenung.

Penulis harus memahami, ada tiga jenis struktur kalimat. Pertama, kalimat sederhana. Kalimat ini berstruktur sederhana, dan umumnya pendek dan singkat. Misalnya saja, “sebenarnya, dia hanya penyambung tidak”. Yang kedua, kalimat luas yang unsur-unsur kalimatnya lebih kompleks. Misalnya, “pekerjaan itu tidak disukainya, tapi ia mampu memperbaiki hidupnya dengan pekerjaan itu”. Yang ketiga, kalimat gabungan. Misalnya, “ tujuan dan ambisi menulis berbeda jauh dengan getaran jiwa”. Kalimat ini sebenarnya memiliki dua subjek yang berbeda.

Dari ketiga jenis struktur kalimat itu, terasa sekali kalimat yang panjang lebih suka dinikmati, dan yang simple (pendek dan lincah) lebih segar, enak dibaca dan jelas maksudnya. Tulisan yang panjang bisanya lebih enak dibaca jika menggunakan kalimat-kalimat sederhana. Dan sebaliknya jika tulisan yang pendek menggunakan kalimat-kalimat luas dan ilmiah terasa tidak menarik serta melelahkan.

Saya sendiri lebih memilih kalimat sederhana yang lebih efektif dan elastis saat dibaca. Oleh karena itu, upaya menulis membuat kalimat indah dalam tulisan haruslah menggandengkan kekuatan makna. Artinya, indah saja tidak tidak ada gunanya jika memiliki makna yang lembek. Kalimat seharusnya indah, bertenaga, dan bermakna yang kuat. 

Penulis yang baik terus belajar dan belajar demi kesempurnaan tulisan yang di susunya. Terlalu mahal jika hidup ini hanya diisi oleh perasaan cepat puas dengan ilmu yang kita miliki. Saya ingat kata-kata dari mbak guru “jika kita mempu meraih matahari, mengapa kita hanya menggapai rembulan”.

Nah,,, begitulah sumber energi yang kita butuhkan untuk menjadi penulis berlian yang kreatif, berkembanglah kearah sana. Kita Pasti Bisa.

penulis : Ahmad Maryono S.pd

Editor : Oktavia Dwi Lestari

Pimred : Ahmad Maryono S.pd


Post a Comment

Previous Post Next Post
Literasi

Jasa Skripsi