Formasta

Luka dan Tawa

 

Literasi Mahasiswa Sumatera
Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung


ForMASTA Tulungagung - Tulisan ini adalah kelanjutan dari tulisan saya sebelumnya “mencari mutiara dalam luka”, Seni mencari makna dari setiap kekecewaan. kerap sekali kenyataan yang tak sesuai dengan harapan, namun itu adalah cara tuhan dalam memberi pembelajaran.


Tidak ada hidup tanpa penderitaan, itulah motivasi agar kita lebih menghargai setiap perjuangan. Bahkan anak seorang raja pun harus rela menerima banyak penderitaan, untuk mempertahankan trah kekuasaan.


Apalagi jika dirimu hanya anak rakyat biasa, yang mempertaruhkan hidup untuk berjuang demi mengangkat derajat keluarga, tentu banyak cobaan, salah satunya adalah cerca.


Begitu banyak luka dalam setiap perjuangan, mungkin berakhir dengan menggapai apa yang diimpikan, mungkin juga tidak. Lalu bagaimana cara hidup bahagia dalam kegagalan?


Salah satu ajaran dari aliran filsafat stoik adalah “hidup selaras dengan alam”, matahari tak pernah terburu buru sampai pada rotasinya, begitu pula dirimu, punya target boleh, tapi jangan lupa menikmati perjalanan.


Jangan terlalu tergesa gesa dalam menyelesaikan satu tujuan, jika memang belum waktunya maka belum menjadi bagianmu. rasa ambisi itu wajar, tanda dirimu manusia normal.


Kita sering terfokus pada tujuan dan lupa menikmati proses. Coba pemahaman ini kita balik, mari belajar fokus pada proses agar kita bisa memaknai satiap jengkal perjuangan, tidah hanya bisa mengeluh namun memperbanyak rasa syukur.


Mungkin kita juga bisa belajar dari pedihnya menjadi epictetus yang menghabiskan sepanjang hidupnya menjadi budak dan hidup dalam penjara, namun dia hidup dengan bahagia menerima takdir dari yang maha kuasa.


“Jadikanlah satu lukamu dengan seribu tawa, untuk menunjukkan pada tuhan bahwa dirimu adalah seorang pejuang tangguh”.


Penulis: Nur Kholis, S.Pd. Editor: Oktavia Dwi Lestari Pimred: Ahmad Maryono, S.Pd.



Post a Comment

Previous Post Next Post
Literasi

Jasa Skripsi