Formasta

Pendidikan sebagai esensi atau formalitas?


Literasi Mahasiswa Sumatera
Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung


ForMASTA Tulungagung - Sebagian orang yang pernah mengenyam dunia pendidikan sering mengklaim bahwa dirinya sudah terdidik. Mampu menyelesaikan jenjang pendidikan adalah tolak ukur sebuah kesuksesan.


Bahkan di kalangan akademisi atau mahasiswa, terkadang menjadikan skripsi sebagai tujuan akhir perkuliahan. Kuliah yang rata2 menghabiskan waktu empat tahun hanya untuk menyelesaikan skripsi.


Dari hal semacam ini maka jangan heran jika banyak sarjana yang mungkin kurang mumpuni di bidangnya, bukan karena dia bodoh, akan tetapi salah dalam menafsirkan esensi pendidikan.


Jika pendidikan hanya ditafsirkan sebagai formalitas perolehan gelar semata, maka jangan heran apabila suatu hari nanti banyak orang bertitel tapi tidak kompatibel, tak bisa berkompetisi apalagi berkreasi.


Namun berbeda hal nya jika pendidikan ditafsirkan sebagai esensi, maka akan sampai pada nilai nilai luhur dalam kehidupan. Menjadi petunjuk kehidupan yang lebih baik, tertata dan mampu menjadikan seseorang bermanfaat bagi lain nya.


Saya banyak terinspirasi pada pemikiran imam ghazali tentang tujuan pendidikan. Yang mampu menemukan kebahagian dunia yang bersifat sementara dan kebahagiaan akhirat yang abadi, serta mampu mendekatkan diri pada sang pencipta.


Tak hanya itu, pendidikan juga menjadikan manusia sebagai insan kamil dan berbudi luhur. Semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka semakin tinggi moralitasnya.


Maka kunci kebahagian dalam anjuran nabi adalah “barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan dunia maka ia harus berilmu, dan barang siapa menghendaki kebahagiaan akhirat maka harus dengan ilmu dan barang siapa yang menghendaki kebahagiaan keduanya maka harus dengan ilmu”.


Lalu, apakah kamu sudah menemukan kebahagiaan dunia dengan ilmu yang kamu peroleh di jenjang pendidikan?


Jika belum, maka ada yang salah dengan caramu memahami tujuan pendidikan. Mungkin juga salah dalam menjalankan proses pendidikan. 


Atau yang lebih parah lagi, kamu berpura pura bahagia dengan sejenak meninggalkan segala bentuk tanggung jawab seperti tugas perkuliahan. Ini adalah “the real alibi”, tampak bahagia dengan  menutup mata akan tuntutan dan tanggung jawab yang ada.


Segera ambil langkah, agar hidupmu lebih terarah


Penulis: Nur Kholis, S.Pd. Editor: Oktavia Dwi Lestari Pimpinan Redaksi: Ahmad Maryono, S.Pd.




Post a Comment

Previous Post Next Post
Literasi

Jasa Skripsi