Formasta

Tanpa Rasa Saling Menghormati Apa Bedanya Manusia Dengan Makhluk Yang Lain

 


ForMASTA Tulungagung - Dari seluruh ciptaan tuhan, manusia memiliki keadaan yang paling tinggi dan sempurna, dilengkapi dengan akal, rasa dan kemampuan untuk menggali potensi yang dimiliki menjadikan manusia lebih wujud dari keberadaan ciptaan tuhan lainya seperti hewan tumbuhan dan lainya. Diutusnya manusia diharap dapat menghadirkan kesejahteraan di muka bumi, seluruh umat manusia.

Namun kerap kali manusia kurang sadar akan posisi ini, ia lebih memilih untuk bermain yang menjadikan petaka dalam dirinya sendiri. Kerap kali ia menjadi buas, tipis rasa iba, semena-mena untuk berjalan keras tanpa pandang kanan kiri pedulikan makhluk ciptaan tuhan lainnya.

Ada sekitar 7,753 Miliar (2020), populasi manusia di bumi dengan tubuh berbeda yang dibawa masing-masing, tempat singgah yang berbeda, jelas pengisian pikiran yang berbeda-beda pula. Tidak ada standar manusia untuk memiliki poin 100 dalam memenuhi kadar kebutuhan teman lainnya.

Berbicara akal kepada manusia yang gelasnya tidak (ingin) pernah terpenuhi berharap apa?

Dari apa yang telah diserap selama makan dan minum, maka penyampaian bahasa tubuh dari masing-masing juga berbeda, dia makan nasi, mereka makan tanpa nasi, ada pula yang belum makan seharian karena malas," bukan tidak untuk punya uang." Alih-alih memilih untuk tidur agar perutnya kenyang saat mimpi, nanti.

Sepertinya lebih asyik untuk membangun dialog didalam mimpi, tidak ada penolakan tidak ada kritikan, tapi ya tidak ada wujud juga, namanya mimpi. Setidaknya jangan menerus untuk membangun dialog disitu, ya. Kita manusia (Khalifah) memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk bukan hanya digenggam. Selebihnya bisa diekspresikan dari akal, etika yang Tuhan berikan.

Memiliki kebebasan yang sama dari masing-masing manusia di bumi ini, maka diharapkan untuk memiliki rasa kepekaan agar dapat menjaga ke-khusyuk an satu sama lain dalam menjalin hidup, pengabdian kepada Tuhan masing-masing, Karena tidak semua kita (manusia) memiliki kepercayaan tuhan yang sama.


Penulis    : Oktavia Dwi Lestari
Editor    : Endang Fitriani
Pimred    : Maryono

Post a Comment

Previous Post Next Post
Literasi

Jasa Skripsi