Formasta

Sosok Perempuan Karier Sebagai Teladan Anak Bangsa, Ibunda Prof. Dr. Iffatin Nur, M.Ag.

Perempuan Intelektual - Ibunda Prof. Dr. Iffatin Nur, M.Ag.


ForMASTA - Tulungagung. Allah swt menciptakan manusia diantaranya adalah sebagai khalifah fil ardh, yaitu sebagai pemimpin dimuka bumi, bagi hamba yang lain maupun bagi dirinya sendiri. Kemudian, melalui nikmat akal Tuhan memberikan amanah kepada setiap hambanya guna menjalankan kewajiban dan tanggung jawab dalam kancah berkehidupan.

Sudah menjadi hukum alam, Allah menciptakan manusia berpasang-pasang, guna saling melengkapi satu sama lain. Berdasarkan perkembangan ilmu, budaya, teknologi, dan berbagai aspek kehidupan kini menjadikan dunia lebih bersifat kompetitif. Setiap manusia sebagai hamba, mulai dari laki-laki ataupun perempuan dituntut agar dapat menempatkan, serta meletakan pribadinya, sehingga dapat bersifat kontekstual, adaptif, solutif, dan dinamis.

Perihal ini mengantarkan kita pada wilayah definisi peran, yang mana saat ini peran antara laki-laki dan perempuan semakin multitafsir, berbagai teori baru bermunculan, kemudian menjadi model konsep berfikir yang begitu variatif, dari segi arah maupun terapanya.

Peranan laki-laki maupun perempuan mengalami dinamika dalam setiap fase-nya, dimana laki-laki seringkali dimaknai sebagai makhluk yang memiliki barisan terdepan, dan perempuan adalah makmum yang konotasinya dibelakang laki-laki. Kemudian pemahaman demikian mengalami perkembangan makna seiring berjalanya waktu, yaitu perihal kesetaraan hak atas sesama manusia, kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, setara dalam konteks kesempatan, peluang, karir, dan berbagai ruang yang sifatnya tidak dilarang didalam agama.

Dinamika yang terus berlangsung seputar pemahaman antara hak perempuan dan laki-laki akhirnya menjadi bahan kajian yang menarik, di berbagai kalangan semakin menarik dan hangat diperbincangkan. Sebagian kelompok dan personal kaum perempuan, semakin kesini terlihat semakin bersifat kompetitif, mampu menerobos wilayah-wilayah ekstrim atau peranan-peranan yang sifatnya strategis, berdaya fungsi.

Peran Perempuan

Berangkat dari perempuan-perempuan yang hebat, pada akhirnya tidak sedikit diantara mereka yang kemudian dapat membuktikan, menjadi perempuan karir, ilmuwan, pemimpin, dan lain-lain. Hal ini menunjukan, bahwa tidak setiap perempuan adalah lemah, tidak semua laki-laki memiliki kemampuan lebih, bahkan tidak sedikit juga laki-laki yang hidupnya bersandar kepada bahu perempuan, seperti halnya Allah menciptakan hambanya lengkap dengan kekurangan dan kelebihannya.

Melalui berbagai uraian tersebut, eloknya menjadikan kita lebih luwes dalam berpikir, yang mana manusia diciptakan dengan nilai dasar yang sama, tidak ada yang seutuhnya sempurna, keduanya adalah sebagai khalifah dimuka bumi, sebagai hamba dari Allah yang esa.

Persoalan ini menunjukan bahwa terkait dengan adanya stratifikasi yang berlebihan antara kaum laki-laki dan perempuan adalah bentuk kurang tepatnya cara berfikir, kurang komprehensifnya dalam memahami suatu makna maupun definisi. Agama Islam, sebagai agama samawi telah banyak memberikan arah dan pola berkehidupan bagi umat manusia, yang sifatnya menuju suatu kemaslahatan, dan kebermanfaatan, karena Islam sebagai ajaran atau penyelamat.

Era perkembangan seperti saat ini tentu bukan hal yang sulit untuk menemukan sosok-sosok perempuan yang memiliki peranan penting, semangat dan daya juang yang tinggi, serta kualitas yang terbukti keotentikannya. Dalam tulisan sederhana ini, penulis ingin mengangkat satu sosok perempuan yang secara pribadi penulis menganggap beliau adalah bagian dari sosok perempuan-perempuan hebat, jejak kehidupannya layak menjadi panutan anak bangsa, yaitu Ibunda Prof. Iffatin Nur, M. Ag.

Sebagai Teladan Anak Bangsa

Belum terlampau jauh, kurun waktu dua tahun yang lalu penulis mulai mendengar dan melihat seorang Ibunda Prof. Iffatin Nur, sosok perempuan hebat sebagai dosen di Kampus UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

Sebagai mahasiswa, tentu penulis melakukan pengamatan dengan jeli terhadap setiap Dosen yang pernah mengajarnya, atau yang pernah ditemuinya, mulai dari keilmuan hingga kepribadian. Hal ini bertujuan agar penulis dapat belajar lebih banyak terkait hal-hal positif dari kalangan beliau-beliau.

Berbicara tentang teladan, Ibunda Prof. Iffatin Nur merupakan perempuan yang memiliki spirit dan kedisiplinan luar biasa. Beberapa kali setelah diskusi dengan beliau, penulis melihat banyak keistimewaan dalam diri beliau, namun dalam hal ini penulis ingin menggambarkan 4 peranan saja, diantaranya yaitu beliau sebagai Ilmuwan, Perempuan karir, Ibu, dan  Perempuan sebagai pendidik.

  • Perempuan Sebagai Ilmuwan

Seorang akademisi, atau boleh dibilang sebagai orang yang menggeluti ilmu pengetahuan, dunia penelitian, ataupun kepenulisan. Beberapa hal tersebut merupakan komponen sebagai icon yang melekat dalam beberapa orang, sehingga dirinya disebut sebagai akademisi. Tanda lain dari ciri-ciri akademisi adalah sistematika berfikir yang sistematis, metodologis, ilmiah, dan meluas serta kritis.

Prof. Iffatin Nur adalah sosok yang menurut pandangan penulis, beliau menyandang berbagai komponen tersebut, atau jika boleh dikatakan, orang-orang seperti itu adalah bagian dari ilmuan. Beliau memiliki talenta dalam bidang riset ilmiah, sehingga berdampak kepada jenjang gelar tertingginya yaitu sebagai Profesor. Selain itu, berdasarkan hemat penulis, seseorang yang dapat menyandang gelar Profesor, syaratnya adalah memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang luas, ilmiah, sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan.

Sebagai kaum perempuan dengan segudang prestasi seperti beliau, penulis memaknai bahwa hal itu merupakan suatu nilai atau capaian yang luar biasa. Dengan teladan seperti itulah kemudian akan menjadi pemicu bagi anak bangsa untuk sadar dengan pendidikan, kemandirian, dan berbagai aspek lain yang sifatnya mengarah kepada perkembangan.

Terlepas dari itu, sebagai ilmuwan berarti beliau secara otomatis sudah menunjukan secara real kepada public bahwa perempuan juga bisa menjadi insan yang unggul, yang mana tidak seperti isu yang melekat dalam masyarakat selama ini, dimana mereka menganggap bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah.

Selain dibuktikan dengan gelar, jabatan, hasil karya ilmiah riset, dan simbol struktural lain, beliau juga dibuktikan kualitasnya dengan wawasan dan keilmuan yang luas serta mendalam. Hal ini penulis saksikan secara langsung ketika mengikuti proses perkuliahan, sejak S2 hingga S3. Sebagai mahasiswa, penulis banyak mengamati, dan belajar dari setiap poin baik dalam diri beliau.

  • Perempuan Karir

Bisakah perempuan itu berkarir? Pertanyaan ini sudah banyak dipatahkan oleh kalangan perempuan yang berjiwa expert, dimana saat ini sudah tidak sedikit perempuan yang berhasil mencapai karir dengan baik, mulai dari tahap menengah hingga ke atas atau tertinggi.

Ibunda Profesor satu ini merupakan salah satu pelaku, yaitu kalangan perempuan yang memiliki berbagai sepak terjang yang cukup menarik. Selain sebagai Dosen, beliau memiliki rekam jejak di berbagai posisi strategis, salah satu contohnya adalah sebagai aktor dalam gerakan keperempuanan, aktor dalam bidang riset, pejabat akademik, dan berbagai jejak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Kehadiran Ibunda hebat ini dalam dunia karir secara tidak langsung akan memberikan dampak yang luar biasa, yang kemudian banyak dijadikan sebagai teladan bagi pribadi maupun kelompok di kalangan perempuan lain sebagai anak bangsa. Begitu juga dengan kalangan kaum laki-laki, dalam konteks ini akan menjadikan referensi baru sebagai suplai kepala, untuk memperluas cara berpikir, tidak fanatis dan melestarikan budaya patriarki.

Seorang perempuan dengan berbagai tanggung jawabnya, masih bisa menapaki dunia karir adalah suatu hal yang layak untuk diteladani. Hal ini menunjukan bahwa suatu proses yang gigih akan mengantarkan setiap pribadi menuju keberhasilan. Artinya, setiap harapan perlu ditukar dengan pengorbanan, dan kemudian berwujud menjadi kenyataan.

  • Perempuan Sebagai Ibu

Alasan mengapa penulis memberikan poin ini adalah, yaitu menangkan terkait dengan peran perempuan sebagai ibu. Pasalnya, sebagian perempuan belum tentu memiliki jiwa sebagai ibu.

Melihat sosok Ibunda Prof. Iffatin Nur, terdapat banyak sekali yang menunjukan bahwa beliau adalah sosok Ibu yang baik, perempuan yang baik, hal ini terlihat dari cara beliau ketika mendidik mahasiswanya, dari segi empatinya, perkataan, akhlaknya, dan berbagai aspek lain yang senada dengan nilai-nilai positif tersebut.

Terlepas dari jabatan fungsional dan jabatan struktural, dengan berbagai kesibukan dan tanggung jawab, namun beliau masih bisa memposisikan diri menjadi ibu, bagi anak-anaknya maupun bagi mahasiswa dan anak didiknya. Ditengah perjuangan yang seperti itu, tidak kemudian mengganggu peran beliau sebagai ibu.

Konteks kehidupan semacam ini memberikan suatu pelajaran yang luar biasa untuk anak bangsa, dimana seorang Prof. Iffatin Nur tetap menjadi seorang ibu yang baik, meski dalam posisi segudang prestasi, banyaknya jabatan dan peranan yang diembannya. Terkhusus, persoalan ini adalah suatu referensi yang dapat dijadikan contoh oleh kalangan kaum perempuan.

Melalui persoalan ini, kita menjadi lebih mengerti, bahwa menjadi perempuan karir juga bukan berarti harus melawan arus yang ada, tetap bisa menjadi sosok yang bisa menempatkan diri dalam berbagai konteksnya.

  • Perempuan Sebagai Pendidik

Profesi sebagai seorang pendidik adalah perananan yang mulia, membekali wawasan dan ilmu pengetahuan kepada anak bangsa, yang mana masa depan negara dan bangsa kedepannya akan dilanjutkan oleh anak muda yang ada. Pendidik, profesi yang terbilang mulia, dan berperan sangat penting demi keberlangsungan kehidupan umat manusia.

Sebagian teori menyebutkan bahwa perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, sehingga kemudian peran perempuan begitu penting dalam mempersiapkan generasi bangsa yang berkualitas. Disisi lain, perempuan juga banyak yang berperan sebagai pendidik di luar keluarga atau rumah tangganya.

Profesi sebagai pendidik bermacam-macam bentuknya, seperti sebagai guru sekolah, dosen, guru ngaji, maupun dalam bentuk lainya. Prof. Iffatin Nur, selain sebagai ilmuwan dan perempuan karir, beliau juga sosok sebagai pendidik, sebagai Dosen sekaligus Guru besar di kampus UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

Perannya sebagai pendidik dilaksanakan dengan baik, dari segi mengajar setiap mahasiswanya ataupun dalam membimbing, serta aspek lainya yang berkaitan. Beliau sebagai ilmuwan terbilang pendidik papan atas, hal ini terlihat dari ketajaman analisis yang dimiliki, kedalaman ilmu pengetahuan, serta sepak terjang lainya yang terbilang bagus. Meskipun beliau sudah menyandang gelar Profesor, namun beliau masih tetap ramah kepada orang lain, responsif terhadap mahasiswa, dan banyak dari tindakan dan sikapnya layak untuk diteladani.

Realitas kancah kehidupan menuntun kita untuk masuk kepada dinamika persoalan yang kompleks, sehingga perlu suatu penyikapan yang relevan dan seimbang untuk merespon perkembangan. Hal ini berlaku untuk setiap kalangan tanpa terkecuali, mulai dari kalangan perempuan maupun laki-laki.

Setiap individu memiliki kesempatan yang sama dalam era saat ini, dan memiliki ancaman yang sama ketika tidak menyesuaikan diri. Oleh sebab itulah, dalam hal ini bukan berarti memihak kepada salah satu pihak, bukan masalah ukuran seberapa jauh pentingnya antara perempuan dan laki-laki. Tepatnya, bagaimana kita dapat berpikir dengan jernih, sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan.

Setiap insan dapat menjadi seperti yang diinginkan, selama diiringi dengan upaya dan ikhtiar yang sungguh-sungguh dan baik. Antara perempuan dan laki-laki memiliki dimensi kewajibannya masing-masing tanpa merugikan atau bahkan melemahkan salah satu diantaranya, oleh sebab itulah berpikir yang tepat akan berpotensi melahirkan keberkahan-keberkahan.

Sosok perempuan yang baik sedikit banyak sudah ada dalam diri seorang Prof. Iffatin Nur, berbagai rekam jejaknya menjadi suatu gambaran yang menarik untuk dijadikan sebagai acuan. Dengan pola yang seperti beliau lakukan, maka secara tidak langsung akan memicu kalangan perempuan untuk menjadi lebih bermutu dan bernilai.

Perempuan memiliki kesempatan untuk menggapai karir, perempuan bisa menjadi seorang ilmuwan, perempuan bisa merangkap menjadi seorang ibu, sebagai istri, dan perempuan bisa juga menjadi seorang pendidik. Dalam hal ini, tidak ada batasan untuk menjadi apapun selama itu adalah hal positif, baik perempuan maupun laki-laki memiliki kesempatan yang sama.

Ibunda Prof. Iffatin Nur adalah sosok perempuan yang menjadi contoh nyata, terkait dengan menjadi perempuan karir, perempuan ilmuwan, dan berbagai perannya yang lainya. Beliau merupakan roll model yang nyata bagi generasi selanjutnya, termasuk penulis sendiri sebagai mahasiswanya.

Semoga kita semua diberikan ilmu yang berkah, dan hidup yang diridhoi allah swt. Dengan tulisan ini, mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kalimat atau diksi yang kurang baik, atau kurang berkenan bagi pembaca. Semoga bermanfaat, dan selamat berproses.

 
Salam Literasi Mahasiswa Sumatera
Salam Solidaritas Membangun Bangsa


 

Penulis: Ahmad Ridwan
Editor: Endang Fitriani
Pimred: Maryono



Post a Comment

Previous Post Next Post
Literasi

Jasa Skripsi