SOCIETY 5.
0 SEBUAH PILIHAN DIBACA ATAU MEMBACA
Atas peluang pemahaman dan pemikiran strategis, merupakan tantangan dari SDM soceytie 5.0 sendiri dalam menghadapi keberlangsungan industry digital. kecakapan dalam ber-literasi utamanya. karena, literasi sudah mencakupi peran dalam mendukung imajinasi, kreativitas serta pembentukan karakter bagi siapa yang mempunyai keinginan untuk mengenalnya. berperan praktisi untuk selalu siap mengjadai disruption teknologi digital dihadapkan dengan inovasi inovasi baru.
Kemajuan teknologi dalam rangkaian informasi dan komunikasi ini memberikan tantangan dan prospek secara multidimensi. buruknya memunculkan diplacment dikehidupan social baik di masyarakat. Serta tidak ratanya tingkat adopsi digital literasi dalam lingkup masyarakat, menjadikan kesenjangan informasi terutama masyarakat yang hidup digaris kemiskinan,dan berusia lanjut. Kesempatan yang tidak berimbang dalam menerima trnasformasi konvesional menjadi lebih komperatif.
Terlepas dari kesenjangan literasi digital yang dirasakan masyarakat. Restrukturasi dari fenomena ini menjadikan lebih mudah dalam meng-akses sebuah baca’an jangkauan dekat, dengan satu benda yang kita genggam ditangan,tl tanpa harus berlari menuju rumah baca (perpustaka’an). Dari peralihan metodedigital, sebenarnya sangat efisien untuk kemajuan SDM dalam perbaikan daya pikir. Hanya saja kembali lagi akan personalnya terutama pada gen Z, yang sudah terbiasa dengan hal-hal yang instan, berakibatkan lebih banyak mereguk skap mager.
Imbasnya menjadi 3K (kemalasan,kebodohan,kemiskinan), maka porsinya masuk pada lingkar setan, bagi mereka yang tidak memiliki upaya untuk keluar dari siklus tersebut. Bukankah untuk menjadi buta dengan meganggap semua warna hitam itu tidak meng-enakkan?. Tapi sayangnya masalah seperti ini tak pernah usai, seolah sudah menjadi karakteristik kelemahan minat dalam literasi. Dengan begitu diperlukannya langkah sistematis dan komprehesif dari seluruh pihak dalam menjalankan system kontelasi penguatan budaya literasi.
Merujuk pada laporan dari Australia Government(2016), literasi digital melibatkan pengetahhuan tentang bagaimana menggunakan serangkaian perangkat teknologi untuk menemukain formasi, memecahkan masalah atau tugas tugas yang rumit. Selain itu istilah ini juga merujuk pada keterampilan pengetahuan tentang bagaimana bertindak secara aman untuk menggunakan dan bertaanggung jawab secara online. Secara lebih spesifik. Namun pada realitanya pada hasil survei United Nations Educational, Scientificand Cultural Organization (UNESCO), indeks tingkat membaca masyarakat indonesia hanya 0,001 persen.
Upaya meminimalirisirnya diras perlu menumbuhkan sikap habitus literasi digital. Dapat dilihat nya kemajuan globalisasi yang semakin pesat, semakin dibutuhkan pula orang-orang dengan pemikiran yang update, yang berintelektualitas tinggi. Untuk berkontribusi membawa sebuah perdaban baru. Jika kita menginginkan suatu perubahan, maka jadilah perubahan tersebut. Mengutip perkataan dari Mohammad Hatta "Aku rela dipenjara dengan buku, karena dengan buku aku bebas.” Mari membaca untuk menjadikan Indonesia negara yang memiliki intelektualitas dan berintegritas. Maka tidak ada pilihan selain kita yang membaca, atau kita yang akan dibaca oleh digital, jika memasrahkan pada pilihan akhir sudah menjadi resiko akan tergerus bersama pusaran e-government.
Tulungagung, 20 April 2022
Editor : Endamg Fitriani
Pimred : Ahmad Ridwan, M.Pd