Formasta

Dilema pendidikan di masa pandemi COVID -19

 

Gerakan Literasi Gadis Sumatera
Herlinda Intan Puspita Sari

Pandemi COVID -19 tidak hanya melumpuhkan sektor ekonomi di negara ini, tetapi juga melumpuhkan dunia sosial serta pendidikan, pendidikan menjadi terhambat karena adanya pandemi ini. Karena upaya pemerintah dalam menanggulangi COVID – 19, yang mana semua aktivitas yang semula dilakukan diluar rumah menjadi didalam rumah, hampir 100% aktivitas kerja dan sekolah dilakukan dari rumah.

Pendidikan terasa lenyap terhitung sejak akhir Februari 2020. Belajar dari rumah, bekerja dari rumah, ataupun beribadah dari rumah dan lain sebagainya merupakan pasca intruksi pemerintah yang saat ini masih bergeming dimasyarakat. Hal ini berdampak dalam proses pendidikan, dimana tenaga pendidik maupun peserta didik harus melewati masa transisi, yang awalnya mereka melakukan proses belajar mengajar dengan tatap muka berubah menjadi proses belajar menggunakan teknologi. Virus yang sedah menyerbak dikalangan masyarakat membuat teknologi menjadi penguasa yang membius mata masyarakat. Serba-serbi dunia pendidikan diwarnai oleh; Absensi, materi pembelajaran, tugas, kuis, ulangan harian, dan berbagai ujian dilakukan dengan online.

Dilema yang dirasakan dunia pendidikan dalam penerapan belajar berbasis teknologi ini, tidak sedikit dari mereka yang  merasakan kesulitan dalam melakukan proses belajar mengajar, bagi mereka yang berkecukupan dalam fasilitas belajar daring ini, mungkin akan beranggapan bahwa itu menguntungkan seperti; tidak lagi mengeluarkan uang transport, dan lain sebagainya. Tetapi untuk mereka yang tidak berkecukupan dalam fasilitas belajar daring, apakah mereka akan bisa melakukan proses belajar mengajar?, tentunya mereka akan kesusahan seperti mereka yang belum memiliki gadget, jaringan yang tidak memadai, dan yang belum paham bagaimana cara menggunakan alat teknologi.

Dunia boleh saja berbicara bahwa semua lini kehidupan telah diwarnai dan harus beradaptasi dengan teknologi. Akan tetapi, fakta dilapangan berbicara lain. Media digital atau daring yang merupakan salah satu sistem pendidikan diindonesia masih sangat minimalis dinegara ini khususnya diwilayah-wilayah yang jauh dari kota, karena banyaknya keterabatasan diantaranya. Pendidikan daring tidak hanya memvirtualkan bahan pengajaran, tetapi juga soal fasilitas dan penetrasi jaringan internet. Selain itu, minimnya kemampuan para orang tua terhadap dunia teknologi, serta tenaga pendidik yang kurang dalam memberikan penjelasan materi menjadi alasan kenapa daring menjadi kurang efektif.

Pandemi ini menuntut semua lembaga pendidikan, tanpa pengecualian untuk menggunakan sarana media digital dalam kegiatan belajarnya dengan semaksimal mungkin. Berbagai sekolah sampai universitas berlomba-lomba menelisik cara-cara yang efektif dalam mentransmisikan sistem pengajarannya. Perkembangan teknologi yang kian canggih mengakomodasi dan memobilisasi sitem perkuliahan ini. . Dari banyak mahasiswa, mereka kebanyakan lebih memilih pulang kampung dan berlibur. Kuliah online dengan kata lain menambah beban perkuliahan karena harus membeli data agar bisa masuk dalam kelas dengan mendownload atau mengupload tugas prkuliahan.

Situasi sekarang ini dinilai memberi beban pada peserta didik dan membuat pengalaman sekolah menjadi sesuatu yang membosankan, bahkan bisa sampai pada titik kejenuhan dan berdampak pada tidak berkualitasnya pendidikan yang diperoleh. Dengan begitu seharusnya tenaga pendidik maupun peserta didik harus sekreatif mungkin agar proses belajar mengajar yang tidak memberatkan dan membuat peserta didik kehilangan intensitasnya dalan belajar.

Hal ini tidak boleh mematahkan semangat tenaga pengajar dala menjalankan tugasnya, serta tidak boleh mematahkan semangat peserta didik dala proses belajarnya, pandemi ini tak boleh mematahkan semangat dan harapan kita semua. Dengan begitu baik tenaga pendidik, orang tua, dan peserta didik harus bekerja sama untuk menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Pandemi COVID – 19 tetap menghasilkan output kemandirian peserta didik dalam belajar.

 

Tulungagung, 26 November 2021



Post a Comment

Previous Post Next Post
Literasi

Jasa Skripsi