Fikron Nada Mahasiswa UIN SATU |
Pondok pesantren dapat menjadi
tempat memahami dan mempelajari masalah attitude atau adab terhadap sesama
makhluk ciptaan. Adapun sebagai salah satu cabangan ilmu, adab merupakan ilmu
yang menjadi pendahulu dari ilmu yang lain. Disebabkan dalam pemahaman kalangan
ini, keridhaan seorang guru tidak dapat tercapai tanpa adanya adab. Sebagai
contoh, terdapat seorang guru yang memerintahkan muridnya untuk mengambil
kursi. Masalah selanjutnya, bagaimana cara murid tersebut mendatangkan kursi
kepada gurunya, apakah ia lempar kursi tersebut? Atau ia angkat dan bawa menuju
gurunya?.
Dari contoh tersebut, saya
mencoba mengajak pembaca dengan pandangan yang lebih mendalam. Bahwasanya, Mana
mungkin murid tersebut mengambil opsi yang pertama yang dapat menghasilkan
kemarahan gurunya. Semestinya ia akan memilih opsi yang kedua, walaupun akan
sedikit menyusahkannya. Nah, dalam masalah inilah adab diberlakukan, tentunya
apabila seseorang memahami adab opsi kedua akan ia pilih
Ketahuilah pencari ilmu, kalian
tidak akan mendapat ilmu dan kemanfaatannya kecuali dengan memuliakan ilmu,
pemilik ilmu dan memuliakan guru. Adapun cara untuk memuliakan ilmu yaitu seperti yang telah dipraktekkan oleh
para ulama’ yakni memakai pentup kepala seperti peci. Dalam hal ini, para
ulama’ dalam usaha untuk meninggikan derajat ilmu yang dibawa beliau-beliau
tersebut.
Menurut saya konteks pemilik ilmu
dalam kitab tersebut adalah seseorang yang memiliki ilmu walaupun ia tidak
mengajarkannya dalam artian lain hanya sebatas memiliki, diamalkan maupun tidak.
Seperti penuntut ilmu. Bahkan dalam kitab ini, bagi seseorang yang menginginkan
anaknya alim sebaiknya ia memuliakan, mengagungkan, dan dermawan terhadap
pencari ilmu. Walaupun anaknya tidak dapat menjadi orang alim, maka sanak
turunnya akan menjadi orang alim.
Selanjutnya guru. Sudah tidak
menjadi rahasia umum mengenai definisi dan peran guru. Namun, kurangnya ilmu
adab terhadap guru yang kurang dipublikasikan. Padahal guru merupakan orang tua
kedua kita yang berada dalam ranah pembelajaran. Hal ini memang yang menjadikan
kurang berkualitasnya para lulusan Indonesia. Seharusnya kita dapat mengikuti
sikap-sikap yang dicontohkan para pendahulu kita seperti Sayyidina ‘Ali bin Abi
Thalib. Beliau dikenal sebagai seseorang yang memiliki wawasan luas dan didalam
suatu Riwayat dijuluki pintunya ilmu oleh Rasulullah. Sikap taatnya beliau
kepada gurunya hingga beliau rela menjadi budak gurunya walaupun gurunya hanya
mengajarkan satu huruf saja.
Dalam lingkup masyarakat
pesantren, menghormati guru merupakan suatu keharusan sebagai perantara untuk mencapai
ilmu tersebut. Selain itu, taat kepada guru juga merupakan hal terpenting bagi
mereka. Seperti yang telah dituliskan dalam kitab-kitab adab.
Dengan adanya literatur-literatur kuno seperti
kitab, pemahaman mereka terhadap ilmu adab bukan hanya sebuah teori saja. Sebab
pada dasarnya literayur-literatur tersebut merupakan proses analisis yang
terjadi disekitar pengarang. Maka dari itu, perlu saya tekankan bahwa kita
sebagai pelajar harus menguatkan pemahaman kita terhadap adab dengan
berdasarkan pada konsep tekstual agar nantinya tidak terjadi kesalahan dalam
prakteknya.
Tags:
populer