Formasta

Nafsu Yang Menyamar Sebagai Cinta

 

Macan Sumsel

Ada logika yang meleset dibalik kebenaran yang selama ini kita gunakan.

Pada dasarnya, tuhan memberikan berbagai sifat kepada setiap hambanya, diantaranya adalah cinta. 

Allah menciptakan alam semesta dengan cinta,  ia merahmati hambanya dengan cinta, dan dengan cinta jua allah ciptakan kedamaian. 

Melihat fenomena tersebut, maka orang yg memiliki rasa cinta, dia adalah termasuk orang yang merasakan kebesaran tuhan, ia menuju kemuliaan. 

Jadi, nilai kemuliaan itu sesungguhnya melekat kepada subjek yang memerankan, atau kalbu yang disemayami rasa cinta tersebut. Bukan objeknya, karna objek disitu bersifat pasif, ia hanya merasakan dampaknya saja, ibaratnya sekedar ujung cahayanya saja.

Lantas, Bagaimana dengan Persepsi umum yang selama ini menganggap bahwa nilai keistimewaan itu terletak pada oknum, atau orang yang dicintai? 

Perihal subjek dan objek cinta, serta dimanakah nilai keistimewaan itu sesungguhnya berada ? 

Orang yang memerankan cinta? 

Atau orang yang dicintai? 

Masih dalam lingkup yang sama, yaitu perihal cinta. Ternyata, ontologi, epistemologi, dan aksiologi cinta sangat penting untuk dimengerti, dipahami, dan jiwai. Tanpa pemahaman yang komprehensif, cinta dapat berubah menjadi jebakan, atau perangkap yang menyesatkan. Karna cinta tanpa pemahaman yang cukup, bisa jadi itu bukan cinta yang sesungguhnya, melainkan nafsu yang menyamar sebagai cinta... 

Tatkala berbicara tentang filsafat cinta, lantas bagaimana cara kita untuk paham dan dapat lebih mengerti serta mengenalinya lebih dalam, sehingga kita tau apakah itu betul cinta yang sesungguhnya atau bukan? 

Tunggu episod selanjutnya... 

Pada tahap pertanyaan tersebut, pembahasan selanjutnya anda bisa lakukan diskusi langsung dengan penulis, hubungi admin dan konsultasi jadwal ngopi, baru setelah itu dilanjutkan pembahasan. 


Tulungagung, 02 Oktober  2021



Post a Comment

Previous Post Next Post
Literasi

Jasa Skripsi