“Berfikirlah Dari Segi Kemungkinan, Dan Jangan Berfikir Dari Segi Keterbatasan. |
Kajian tentang menuntut
ilmu adalah sesuatu yang menarik untuk dibahas, bahkan sampai saat ini tidak
sedikit para ilmuan terus melakukan kajian mendalam tentang itu. Problemik
dalam bentuk perbedaan pendapat diantara pera ilmuan yang menyoroti tentang
akhlak bertolabul’ilmi melahirkan banyak teori yang berbeda. Dalam hal ini,
urgensi pesan moral yang dapat diambil adalah bagaimana proses belajar yang
bisa adaptif, relevan dan efesien untuk dilakukan hingga mendatang.
Spirit dalam belajar
adalah perkara yang cukup penting bagi seorang mahasiswa, sebab dalam setiap
proses yang dilalui adalah bagian yang mempengaruhi terhadap perkembangannya. Jenjang
studi yang dijalani seorang mahasiswa adalah proses yang tidak bisa dipandang
sepele atau mudah, sebagian diantara mereka juga merasakan bagaimana beratnya saat
mempertanggungjawabkan serta menyelesaikan studinya.
Perihal ini, kegigihan untuk menghadapi setiap liku-liku
sangat dibutuhkan, hal ini bertujuan agar seorang mahasiswa tidak mudah patah,
dan siap untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadpi. Namun demikian,
untuk memiliki jiwa yang kuat membutuhkan waktu, dan upaya yang tidak singkat. Alternatifnya
yang bisa dilakukan adalah terus belajar, dan mengevaluasi diri agar semakin
mengerti dan mengenali siapa dirinya yang sesungguhnya.
Berbicara tentang semangat
atau kegigihan dalam berproses, ada satu kata kunci yang penting untuk di
ingat, yaitu muhasabah diri atau evaluasi diri. Demikian perlu untuk dilakukan,
karna bagaimanapun juga mahasiswa adalah manusia biasa yang tidak luput dari
kesalahan. Pada dasarnya, sepandai apapun seseorang, diluar dirinya tentu masih
banyak orang yang lebih hebat, bahkan lebih mumpuni darinya. Oleh sebab itu,
kurang pantas jika mahasiswa merasa dirinya paling mampu atau hebat.
Perihal ilmu, tidak
sedikit pembesar islam yang telah mengemukakan tentang proses dan rintangan
orang yang bertolabul’ilmi, orang yang menuntut ilmu akan rawan dengan dunia
kesombongan, dan terjerat dalam persepsi yang menghebatkan diri. Imam
Al-Ghazali Tokoh Besar dalam Islam menjelaskan dalam kitabnya yang berjudul
Minhajul’abidin:
“Menuntut ilmu adalah
wajib bagi kaum muslim, dan bagi mereka yang melakukanya akan banyak melewati
rintangan. Rintangan yang akan menjadi jebakan bagi orang yang menuntut ilmu
sangat banyak sekali, mulai dari niat yang salah, tujuan yang tidak benar, atau
bahkan niat yang bercampur baur dengan nafsu, dan yang paling sulit untuk
dihindari adalah penyakit hati. Orang yang belajar dan merasa dirinya pintar,
mereka termasuk orang yang gagal dalam memahami tentang apa aitu ilmu dan
menuntut ilmu”.
Menlihat dari apa yang
diungkapkan oleh imam Al-Ghazali, dapat dipahami bahwa terlepas dari wajibnya
menuntut ilmu bagi kaum muslim, tata cara menuntut ilmu juga sangat penting. Artinya,
belajar tidak cukup sekedar belajar, begitu juga dengan tata cara untuk melakukanya.
Esendi belajar bukan sekedar menuju kebaikan, disisi lain juga dapat menjadi
pintu kesesatan bagi pelakunya apabila proses yang ditempuh tidak tepat atau
tidak benar.
Poin yang paling
penting dalam pemikiran imam besar umat islam (Imam Al-Ghazali) adalah
kerendahan hati. Setiap orang yang menuntut ilmu wajib untuk memiliki rasa
kerendahan hati, bisa menghargai dan menghormati satu sama lain. Dalam hal ini,
kerendahan hati adalah benteng yang kuat untuk menjaga diri seseorang ketika
bertolabul’ilmi agar tidak terjerumus dalam kesombongan.
Diakui atau tidak, memang
benar adanya bahwa kerusakan dalam kehidupan bukan hanya disebabkan oleh orang
yang tidak berilmu, bahkan banyak juga dinahkodai oleh orang-orang yang
memiliki status keilmuan yang mumpuni. Oleh sebab itu, belajar untuk
memperbanyak pemahaman ilmu pengetahuan itu adalah kewajiban, namun disisi lain
belajar mengendalikan diri juga harus terus dilakukan. Demikian bertujuan agar
segala ilmu yang didapat bisa memiliki kadar kemanfaatan yang lebih dan tidak
sia-sia.
Urgensi belajar bagi
kita sebagai umat muslim memiliki kontek yang wajib, setiap orang diwajibkan
untuk senantiasa belajar, bisa melalui Pendidikan formal maupun non formal. Pada
dasarnya kehidupan ini adalah Pendidikan, setiap orang bisa belajar disetiap
sendi kehidupanya. Pembelajaran adalah perkara yang sangat membantu untuk
menjemput masadepan, entah bagi generasi muda maupun seluruh masyarakat Indonesia.
Berangkat dari pentingnya belajar, Pendidikan, dan cara untuk menjalaninya, maka ketiga unsur tersebut dapat dijadikan sebagai trobosan bagi orang-orang yang sedang berproses. Dengan adanya rool model menuntut ilmu, demikian bisa menjadi jalan untuk membentuk manusia yang lebih utuh, adaptif, cerdas, beriman, dan bertaqwa. Upaya untuk menuju pencapaian tersebut adalah demi terbentuknya masyarakat yang harmonis dan saling memiliki daya kebermaknaan. Dengan begitu, limpah ruah ridha allah swt akan senantiasa mengalir kepada setiap umat dan makhluknya, serta alam semesta yang merupakan hasil ciptaanya.
Tulungagung, 11 Oktober 2021