Formasta

Kesesatan Orang Yang Menuntut Ilmu Perspektif Imam Al-Ghazali

 

Bang Ridwan

“Berfikirlah Dari Segi Kemungkinan, Dan Jangan Berfikir Dari Segi Keterbatasan.

Kluruk Tanpo Bondo, Sekti Tanpo Aji”

Bang RE

Kajian tentang menuntut ilmu adalah sesuatu yang menarik untuk dibahas, bahkan sampai saat ini tidak sedikit para ilmuan terus melakukan kajian mendalam tentang itu. Problemik dalam bentuk perbedaan pendapat diantara pera ilmuan yang menyoroti tentang akhlak bertolabul’ilmi melahirkan banyak teori yang berbeda. Dalam hal ini, urgensi pesan moral yang dapat diambil adalah bagaimana proses belajar yang bisa adaptif, relevan dan efesien untuk dilakukan hingga mendatang.

Spirit dalam belajar adalah perkara yang cukup penting bagi seorang mahasiswa, sebab dalam setiap proses yang dilalui adalah bagian yang mempengaruhi terhadap perkembangannya. Jenjang studi yang dijalani seorang mahasiswa adalah proses yang tidak bisa dipandang sepele atau mudah, sebagian diantara mereka juga merasakan bagaimana beratnya saat mempertanggungjawabkan serta menyelesaikan studinya.

Perihal ini,  kegigihan untuk menghadapi setiap liku-liku sangat dibutuhkan, hal ini bertujuan agar seorang mahasiswa tidak mudah patah, dan siap untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadpi. Namun demikian, untuk memiliki jiwa yang kuat membutuhkan waktu, dan upaya yang tidak singkat. Alternatifnya yang bisa dilakukan adalah terus belajar, dan mengevaluasi diri agar semakin mengerti dan mengenali siapa dirinya yang sesungguhnya.

Berbicara tentang semangat atau kegigihan dalam berproses, ada satu kata kunci yang penting untuk di ingat, yaitu muhasabah diri atau evaluasi diri. Demikian perlu untuk dilakukan, karna bagaimanapun juga mahasiswa adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Pada dasarnya, sepandai apapun seseorang, diluar dirinya tentu masih banyak orang yang lebih hebat, bahkan lebih mumpuni darinya. Oleh sebab itu, kurang pantas jika mahasiswa merasa dirinya paling mampu atau hebat.

Perihal ilmu, tidak sedikit pembesar islam yang telah mengemukakan tentang proses dan rintangan orang yang bertolabul’ilmi, orang yang menuntut ilmu akan rawan dengan dunia kesombongan, dan terjerat dalam persepsi yang menghebatkan diri. Imam Al-Ghazali Tokoh Besar dalam Islam menjelaskan dalam kitabnya yang berjudul Minhajul’abidin:

“Menuntut ilmu adalah wajib bagi kaum muslim, dan bagi mereka yang melakukanya akan banyak melewati rintangan. Rintangan yang akan menjadi jebakan bagi orang yang menuntut ilmu sangat banyak sekali, mulai dari niat yang salah, tujuan yang tidak benar, atau bahkan niat yang bercampur baur dengan nafsu, dan yang paling sulit untuk dihindari adalah penyakit hati. Orang yang belajar dan merasa dirinya pintar, mereka termasuk orang yang gagal dalam memahami tentang apa aitu ilmu dan menuntut ilmu”.

Menlihat dari apa yang diungkapkan oleh imam Al-Ghazali, dapat dipahami bahwa terlepas dari wajibnya menuntut ilmu bagi kaum muslim, tata cara menuntut ilmu juga sangat penting. Artinya, belajar tidak cukup sekedar belajar, begitu juga dengan tata cara untuk melakukanya. Esendi belajar bukan sekedar menuju kebaikan, disisi lain juga dapat menjadi pintu kesesatan bagi pelakunya apabila proses yang ditempuh tidak tepat atau tidak benar.

Poin yang paling penting dalam pemikiran imam besar umat islam (Imam Al-Ghazali) adalah kerendahan hati. Setiap orang yang menuntut ilmu wajib untuk memiliki rasa kerendahan hati, bisa menghargai dan menghormati satu sama lain. Dalam hal ini, kerendahan hati adalah benteng yang kuat untuk menjaga diri seseorang ketika bertolabul’ilmi agar tidak terjerumus dalam kesombongan.

Diakui atau tidak, memang benar adanya bahwa kerusakan dalam kehidupan bukan hanya disebabkan oleh orang yang tidak berilmu, bahkan banyak juga dinahkodai oleh orang-orang yang memiliki status keilmuan yang mumpuni. Oleh sebab itu, belajar untuk memperbanyak pemahaman ilmu pengetahuan itu adalah kewajiban, namun disisi lain belajar mengendalikan diri juga harus terus dilakukan. Demikian bertujuan agar segala ilmu yang didapat bisa memiliki kadar kemanfaatan yang lebih dan tidak sia-sia.

Urgensi belajar bagi kita sebagai umat muslim memiliki kontek yang wajib, setiap orang diwajibkan untuk senantiasa belajar, bisa melalui Pendidikan formal maupun non formal. Pada dasarnya kehidupan ini adalah Pendidikan, setiap orang bisa belajar disetiap sendi kehidupanya. Pembelajaran adalah perkara yang sangat membantu untuk menjemput masadepan, entah bagi generasi muda maupun seluruh masyarakat Indonesia.

Berangkat dari pentingnya belajar, Pendidikan, dan cara untuk menjalaninya, maka ketiga unsur tersebut dapat dijadikan sebagai trobosan bagi orang-orang yang sedang berproses. Dengan adanya rool model menuntut ilmu, demikian bisa menjadi jalan untuk membentuk manusia yang lebih utuh, adaptif, cerdas, beriman, dan bertaqwa. Upaya untuk menuju pencapaian tersebut adalah demi terbentuknya masyarakat yang harmonis dan saling memiliki daya kebermaknaan. Dengan begitu, limpah ruah ridha allah swt akan senantiasa mengalir kepada setiap umat dan makhluknya, serta alam semesta yang merupakan hasil ciptaanya.


Tulungagung, 11 Oktober 2021

Post a Comment

Previous Post Next Post
Literasi

Jasa Skripsi