Formasta

INTEGRITAS DAN PERAN DA'I PADA MASYARAKAT AWAN

formasta
 nyaminingsih 

Abu said al khudri r.a mengutarakan “ada seseorang perempuan datang kepada Rosulullah SAW seraya memprotres “wahai rosulullah, banyak orang laki laki membawa hadist anda. Jadikanlah kami sebagai pengikut anda  yang suatu hari datang kepada anda untuk mempelajari apa yang telah Allah SWT ajarkan kepada anda. ‘ rosululllah menanggapinya. ‘berkumpullah kalian di hari begini dan di tempat begini’ kaum perempuan berkumpul dan menemui Rosulullah SAW. 

 Rosulullah mengajarkan kepada mereka tentang apa yang sudah diajarkan oleh Allah SWT. Selanjutnya Rosulullah SAW bersabda ‘tak seorang perempuanpun diantara kalian yang menimang anaknya selama tiga kali kecuali ia diberi tabir yang menjauhkannya dari api neraka’. Seorang perempuan diantara mereka bertanya, ‘ wahai Rosululllah SAW, bagaimana jika hanya dua kali?’. Pertanyaan ini diulang sampai dua kali. "meskipun dua kali, meskipun dua kali, meskipun dua kali". Jawab Rosulullah SAW” (HR Al bukhori, t.t,; VIII;149)

Dari hadits diatas bisa di Tarik 3 poin utama yakni, kesataraan gender dalam berdakwah, kewajiban berdakwah, dan pesan dakwah sesuai dengan mad’unya. Selanjutnya apakah dakwah itu? Dakwah berasal dari kata da’a yad’u, da’watan yang artinya menyeru, mengajak,  dan memanggil orang lain untuk beriman kepada Allah sesuai dengan syariat islam. Berdakwah merupakan  bukti iman kita kepada Allah. Adapun dakwah menurut para pakar dakwah yakni;

Dakwah menurut ibnu tamiyyah adalah seruan untuk beriman kepda tuhan yang maha esa dan pada ajaran yang dibawa para utusannnya, membenarkan berita yang mereka sampaikan dan menaati perintahya. Tujuan dari dakwah itu mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan mungkar yang dilarang oleh  Allah dan rosulnya.

Dakwah menurut shalahuddin sanusi yakni uhasa untik merubah keadaan yang negatif menjadi yang keadaan yang positif, memperjuangan yang makruf atas yang mungkar, memenangkan yang hak atas yang batil.

Thoha yahya omar mengatakan dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaaan di dunia dan di akherat.

Sedangkan  menurut Timur Djaelani dakwah ialah menyeru kepada manusia untuk berbuat baik dan menjauhi yang buruk sebagai panggal tolak kekuatan mengubah masyarakat dan keadaaan yang kurang baik kepada keadaan yang lebih baik sehingga merupakan suatu pembinaan.

Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwasannya dakwah adalah proses islamisasi atau terminology, maka dakwah adalah usaha dalam rangka proses islamisasi manusia agar taat dan tetep menaati ajarakn islam guna memperoleh kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat kelak. Dakwah adalah istilah yang khusus dipergunakan di dalam agama islam.

Benarkah hukum berdakwah adalah wajib bagi umat islam? Para ulama ternyata berbeda pendapat tentang ini, ada yang mengatakan hukum berdakwah bagi seorang muslim sebagai fardhu kifayah artinya kewajiban kolektif. Ada juga ulama lain yang menetapkannya sebagai fardhu ‘ain atau kewajiban tiap individu.

Dalam Q.S Ali Imron ayat 104. Sebagaimana firman Allah “ Dan hendaklah ada diantara kamu golongan umat yang menyeru kepada kebijakan, menyeru kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang orang yang beruntung.” (Q.S Ali Imron [3];104)

Dalam tafsir al misbah, prof quraih shihab menjelaskana, kata mingkun dalam ayat tersebut dipahami banyak ulama dengan arti sebagian. Dengan demikian, perintah berdakwah dalam ayat tersebut tidak tertuju kepada setiap muslim melainkan sebagian diantara mereka.

Nabi Muhammad SAW bersabda; “ sampaikanlah dariku meskipun hanya satu ayat…” (H.R Tirmidzi)Hadist tersebut  menjadi landasan kewajiban berdakwah bagi setiap muslim, laki laki maupun perempuan untuk berdakwah. Tidak ada alasan untuk tidak menunaikan kewajiban berdakwah. Berdakah bukan anjuran dari para ulama, kyai, atau sesepuh terdahulu melainnya perintah langsung dari Allah dan Rosul nya. Di surat lain Allah berfirman; “ Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegalah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Q.S Al Luqman [31] : 17)

Adapun tujuan dakwah adalah untuk mencapai masyarakat yang adil makmur serta berakidah dan berakhkul karimah. Menjadikan setiap kegiatan yang mubah menjadi ibadah dengan semata mata megharap ridho allah SWT.

Dalam berdakwah tentunya ada tantangan yang dihadapi, seperti halnya para nabi terdahulu nabi adam As misalnya, problemnya datang dari iblis yang tidak mau menerima pengakuan adam sebagai kholifah dibumi. Nabi luth, tantangannya pada kaumnya yang dikenal dengan kaum Sodom. Nabi nuh, tantangannya kaumnya yang tetap mempertahankan ajaran nenek moyang walaupun sudah di dakwai ke jalan yang allah ridhoi.

Problematika berdakwah  pada sekarang ini misalnya globalisasai, sekularisme (pemisah antara urursan agama dan dunia), ghozul fikri (perangb pemikiran), krisis spiritual, krisis identitas.  Maka dari itu integritas seorang da'i harus nyata adanya, mampu menjadi suri tauladan yang baik. Mengatakan atau melakukan perbuatan yang baik, yang mana telah diajarkan oleh nabi terdahulu.

Dalam menyebarkan agama Allah harus ada niat yang kuat. Niatkan semuanya karena Allah. Ikhtiar, tawakal, berdoa sebagai pondasi dasar membentengi diri dari godaan yang mampu membuat iman kita goyah.

Allah berfirman: “Serulah manusia kepada jalam Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl [16]: 125).

Masyarakat Awam, menjadi problematika seorang da'i di tengah era kontemporer seperti sekarang ini. Bagaimana tidak mereka seperti halnya menuhankan dirinya sendiri menganggap yang salah dan benar menurut mereka adalah kebenaran. Terus melakukan perkara yang turun menurunkan diamalkan oleh nenek moyang terdahulu, yang jelas itu tidak benar adanya, seperti memberi sesajen kepada roh  dengan harapan  mampu memperoleh jiwa yang Mutmainnah, dan harta yang melimpah.

Ini menjadi tantangan tersendiri bagi seorang da'i. Bagaimana melakukan pendekatan kepada orang orang demikian. Metode yang bisa seorang da'i gunakan yakni dengan cara akulturasi budaya. Bukan merubah budaya, tapi memperbaiki yang salah dan melanjutkan perkara baik yang sudah ada.


Tulungagung, 25 Oktober 2021



Post a Comment

Previous Post Next Post
Literasi

Jasa Skripsi