Formasta

Hamba Yang Sesat Dalam Ketaatan

 

Gerakan Literasi Mahasiswa Sumatera


Agama Dan Manusia

Taat merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim, dalam istilah yang sering digunakan adalah amar ma’ruf nahi mungkar. Melakukan perkara yang baik dan menghindari segala sesuatu yang tidak baik. Dalam ajaran gama islam banyak dikaji terkait dengan kewajiban manusia untuk taat kepada sang pencipta dengan menjalankan ritual ibadah-ibadah yang sudah ditentukan, seperti shalat lima waktu, zakat, puasa, dan ibadah lain yang dihukumi wajib, serta sunah sebagai nilai lebih jika mampu menjalankan.

Dikarnakan ajaran paham agama kepada seluruh umat muslim untuk taat, kemudian paham itu melahirkan tradisi dan budaya dikalangan masyarakat muslim. Tradisi dan budaya adalah bentuk sosial dan tatacara hidup yang digunakan oleh kebanyakan orang muslim dan diberbagai wilayah. Terlepas dari itu, bukan hanya tradisi dan budaya saja, tatapi juga melahirkan corak pemikiran yang cukup beragam, meskipun diantaranya sama-sama muslim.

Kontekstual Beragama Dalam Masyarakat

Agama islam adalah rahmat bagi seluruh alam semesta, dalam agama tersebut terdapat ajaran yang berfungsi sebagai peta atau petujuk bagi manusia dalam berkehidupan. Ajaran adalah suatu bangunan ilmu yang kemudian akan diterapkan dalam kehidupan, sedangkan dalam penerapanya itu kemudian melahirkan tradisi dan budaya ditengah masyarakat yang bersetatus sebagai orang muslim.

Sejatinya, ajaran dalam agama itu sendiri sudah dalam wujud yang konkrit, lurus atau benar. Sayangnya, disisi lain dalam penerapanya sangat komprehensif sekali, apalagi dengan perkembangan-perkembangan berbagai aliran yang begitu beragam. Bisa dikatakan, setiap aliran memiliki cara yang berbeda-beda dalam melaksanakan ritual peribadahanya.

Adanya keragaman aliran serta terapan ajaran agama islam dalam kehidupan merupakan tantangan tersendiri bagi kalangan muslim, mereka dihadapkan dengan berbagai macam sudut pandang yang bermacam-macam. Oleh sebab itu, butuh pemahaman yang lengkap dan komprehensif untuk menentukan dan menyikapi ajaran yang sudah ada. Tanpa pemahaman yang dalam, justru akan cenderung mengalami kesalahan ketika memahami maksud dan tujuan dari ajaran itu sendiri, ketika cara memahaminya terjadi kesalahan, maka akan berdampak kepada terapan atau tindakan yang salah juga.

Kesalahan Manusia Dalam Bertaat

Suatu untaian yang banyak disampaikan oleh Imam Besar Al-Ghazali dalam sejarah Islam, bahwa menjalankan kewajiban dalam agama adalah perkara yang wajib, namun dibalik itu manusia juga dihadapkan dengan berbagai rintangan untuk melaluinya. Meskipun seseorang sudah berupaya untuk melaksanakan dengan baik, bukan berarti jalan dan langkah yang dia gunakan itu mutlak benar, bahkan rawan dengan kesalahan.

Berbicara tentang muslim sebagai seorang hamba, Imam Al-Ghazali memiliki pandangan bahwasanya setiap manusia tidak boleh memiliki sifat sombong, atau merasa lebih baik diantara yang lain. Pandangan ini didasarkan Al-Ghazali bahwasanya, orang yang menjalankan ibadah akan diuji dengan rasa kesombongan, apabila ibadah yang dilakukan justru membuat diri seseorang menjadi atau merasa dirinya lebih suci dan lebih baik diantara yang lain, maka ia sudah masuk kedalam perangkap kekeliruan.

Pada dasarnya memang sulit untuk dirasakan terkait dengan proses yang dilakukan, persoalan rasa atau hati adalah dimensi yang tidak nampak secara panca indera. Oleh sebab itu, perlu ketelitian terhadap diri masing-masing untuk saling belajar dan bermuhasabah. Pasalnya, kadangkala seseorang yang terlanjur tekun melaksanakan ibadah atau ritual agama cenderung anti dengan masyarakat yang kurang mengenal tentang agama, atau sebut saja orang awam.

Tanpa disadari, sifat merasa lebih baik dari yang lain adalah kesombongan yang berbalut ketakwaan. Secara kasat mata nampak taat dan bertakwa, namun esensinya adalah justru sebaliknya. Penyakit hati adalah dimensi yang sangat tipis sekali, antara kesombongan dan ketakwaan sangat bersandingan dekat posisinya, hingga seringkali sulit dibedakan.

Secara implementasi, mungkin ketekunan beribadah seseorang bisa dibuktikan, namun disisi lain belum tentu secara esensi dari setiap ibadah manusia dihadapan tuhan. Pada dasarnya, sering terjadi juga, sekelompok orang yang taat dalam beribadah, namun sering menyakiti kepada sesama, bahkan acuh dengan lingkungan sekitar. Dalam paham agama, manusia diciptakan sebagai khalifah, yaitu sebagai pemimpin dimuka bumi. Artinya, peran manusia tidak sekedar hidup untuk dirinya, lebih jauh dari itu adalah bermanfaat bagi orang lain, karna manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

Agama islam adalah agama yang rahmatan lil'alamin, merahmati seluruh alam semesta, menjadi cahaya bagi setiap umatnya. Maka dari itu, manusia sebagai hamba, hendaknya juga menanamkan sikap moderat, adaptif, dan saling mengasihi satu sama lain. Patut dipertanyakan personalnya, jika seseorang yang taat beragama, namun tidak memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sesama, karena islam adalah agama yang komprehensif, mengajarkan tentang kehidupan. Juga sangat disayangkan, jika orang yang taat dalam agama tidak bisa menjadi teladan bagi yang lain, karna peran umat muslim adalah sebagai nahkoda, seperti lilin yang memberikan penerangan.


Tulungagung, 23 Oktober 2021


Karya :

Bang Re

Ketua ForMASTA 2017


Editor ForMASTA PERS

Endang Fitriani


Mengetahui :

Bang Ridwan, M.Pd

Pimpinan Redaksi

 

 

 

 

Post a Comment

Previous Post Next Post
Literasi

Jasa Skripsi