Hidupku, Hidupmu, Dan Hidup Kita
"Bang RE" |
Tuhan menciptakan manusia di muka bumi sebagai khalifah, setiap orang dibekali potensi sebagai pemimpin dalam dirinya, tergantung bagaimana dari personal itu sendiri dalam mengembangkan. Fitrah sebagai pemimpin adalah bekal dasar, dalam setiap pengembangan dan wujud keberhasilan dalam mengembangkan itu sendiri juga sangat beragam. Sebagian orang memiliki kecenderungan, ada yang bagus dibidang sosial, kemampuan berfikir, kemampuan menejerial, dan lain sebagainya.
Perihal kepribadian, hal itu adalah perkara yang sangat penting dan cukup menentukan kebahagiaan hidup. Pasalnya, kita tau bahwa setiap orang memiliki kepribadian yang sangat bermacam-macam, selain itu juga sulit untuk diketahui sifat yang sebenarnya. Kadang kala, orang terlihat rajin, namun tidak dengan yang sesungguhnya. Terlepas dari itu, tren saat ini yang banyak terjadi adalah penampilan yang seolah-olah merka adalah orang kaya, biasanya disebut dengan gengsi.
Kepribadian yang baik adalah poin penting dalam hidup, entah itu untuk diri kita sendiri maupun orang-orang disekitar kita. Pribadi yang matang, dapat menjadi pendukung keharmonian dalam setiap sendi kehidupan, meski dalam kondisi sederhana sekalipun. Berbeda kasus dengan pribadi yang tidak baik atau tidak matang, hal itu dapat menjadi problem yang cukup berat dalam sepanjang hidup. Hal ini berlaku bagi setiap orang, entah itu diri kita sendiri, lingkungan anda, bahkan pasangan hidup kita.
Prioritas kita sebagai manusia dalam berkehidupan adalah mendapatkan kebahagiaan, kita berjuang dalam bidangnya masing-masing selama puluhan tahun bukan lain adalah mencari kebahagiaan, entah duniawi maupun akhirat. Bukan main-main resikonya, pribadi yang tidak baik atau kurang matang tersebut bisa saja menjadi wabah yang kemudian membuat segala upaya perjuangan yang selama ini anda bangun dapat hangus begitu saja, atau terhambat dan tidak terwujud. Seringkali orang sebut istilah itu dengan kata mogol, gagal dalam mewujudkan harapan.
Lebih penting dari itu, telitilah dalam menentukan pendamping hidup. Pasalnya, kehidupan itu seperti panggung sandiwara, banyak orang memakai topeng kebaikan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Banyak terjadi juga, orang berlagak elit, namun sebenarnya bukan orang kaya. Lain dari itu, orang terlihat perhatian dan sopan, ternyata sekedar ada maksud dibalik semua itu. Sangat komplek sekali jika kita gambarkan semua, yang jelas minimal anda sudah punya gambaranya!
Sulit dibayangkan rasanya, jika kita harus mengabdikan diri sepanjang hidup kepada orang yang memiliki pribadi yang tidak baik. Selama proses perjalanan hidup akan serasa jenuh dan membosankan, berliku dan banyak melewati jalan kehidupan yang terjal. Wajar saja, karna problem itu akan muncul dari pasangan anda sendiri, kerancuan dan kekeruhan akan banyak berasal dari orang yang tidak dewasa, malah-malah bisa membuat masalah ditengah ketenangan.
Kalimat yang digunakan dalam tulisan ini terlalu keras dan tajam! Ia, karna hidup yang sesungguhnya jauh lebih keras, dan jauh lebih perih saat menyayat. Hidup itu butuh ketegasan, kebijaksanaan, butuh penentuan, karna semua akan berakibat dalam hidup yang akan kita jalani. Memang nasip setiap orang itu macam-macam, namun percayalah bahwa itu ranahnya takdir, perkara itu adalah urusan tuhan, kewajiban kita tetaplah kembali pada pasal satu, berikhtiar berupaya sebaik mungkin.
Dunia ilmu psikologis telah memberkan banyak refrensi untuk mengukur dan menilai terkait dengan pribadi seseorang, diantaranya adalah melihat rutinitasnya dalam sehari-har, melihat pola hidupnya, melihat sikapnya kepada setiap orang, melihat kedisiplinanya, dan setelah itu anda akan menemukan data terkait dengan bagaimana dia yang sebenarnya. Dalam dunia pendidikan itu disebut sebagai teori bihavioristik, yang mana kebiasaan seseorang adalah bentuk naturalnya. Sedang dalam perspektif agama disebut sebagai istiqomah, amanah, tabliq dan seterusnya. Selain itu, dalam ilmu penelitian cara ini disebut sebagai triangulasi.
Terlepas dari beberpa poin yang tersebutkan diatas masih banyak lagi cara-cara dan metode yang bisa digunakan untuk mengenali seseorang lebih dalam. Dalam implementasinya, hasil atau kevalitan data akan sesuai dengan kapasitas anda, semakin anda menguasai ilmu komunikasi dan sejenisnya yang bersifat mendukung, maka semakin tepat juga hasil dari pembacaan yang anda lakukan.
Mengapa tulisanya mengarah kepada berprasangka buruk, atau tipis dengan hibah?
Maaf, kita perlu belajar lebih banyak lag, hal ini adalah wilayah analisis, yaitu ikhtiar atau upaya untuk menjadi lebih baik, karna fitrah manusia dciptakan adalah untuk berfikir, meskipun terlepas dari itu kita berserah diri kepada tuhan sang yang. Berada dilingkungan orang-orang yang berkepribadian baik adalah hal yang penting, entah dalam menentukan teman, pendamping hidup, klien kerja dan seterusnya. Dalam hal ini, yang paling signifikan adalah dalam menentukan pasangan hidup.
Mengupayakan dan berikhtiar semaksimal mungkin sembari berserah diri sepertinya lebih tepat, daripada kalimat yang sering muncul seperti “mengalir saja” misalnya. Perlu kita tau, bahwa ada runag lingkup ilmu ketauhitan dan ada juga ilmu logika seperti hukum alam. Untuk itu kita perlu mengerti dan paham agar dapat menempatkanya sesuai dengan posisi dan porsi keilmuan tersebut. Keduanya memiliki integrasi atau hubungan keterkaitan, tidak bisa berdiri sendiri-sendiri, maka dari itu harus di kolaborasikan.
Terlepas dari semua pandangan kecil diatas, terdapat kemungkinan lain yang menjadi hak tuhan yang esa. Oleh sebab itu, bukan berarti paradikma penulis disni adalah yang paling benar, ini adalah sebatas konsep ilmu logika, yang mana pandangan terkait segala sesuatunya disandarkan pada teori filsafat empirisme. Selebihnya, semua kembali pada pilhan kita masing-masing, tetaplah saling belajar dan mengasihi satu sama lain, demi kemakmuran di bumi pertiwi.
Dalam perspektif ilmu ligika, ketekunan dan ketelitian dan totalitas dalam suatu perkara adalah menjadi penentu bagi hidup yang akan kita jalani. Semakin kita lalai, semakin tertinggalah kita. Semakin kita rajin, semakin bertambahlah nikmat tuhan yang diberikan. Sedia payung sebelum hujan lebih baik darupada terlanjur jatuh. Allah mencintai hambanya yang senantiasa berusaha untuk mendekati kebaikan, dan mengurangi kelalaian. Sedangkan, tidak berbenah dalam kondisi pribadi yang tidak baik adalah bentuk kelalaian. Dan bersanding dengan orang yang lalai, ibarat menambah jumlah musuh dalam peperangan.
Tulungagung, 18 September 2021
Izin bertanya
ReplyDeleteJika tujuan hidup hanya untuk mencari kebahagiaan, lantas kita kapan bahagia?
Belajar lagi, apa itu bahagia.
ReplyDeleteMakna bahagia begitu luas. Alhamdulillah, tambah Lagi refrensi tentang bahagia.
ReplyDeleteHihihi... Pola analitis logis dengan beberapa perspektif dan sedikit sentuhan religius di ujungnya !
ReplyDeleteLanjut berkarya !😁👍
Saran typo dari berapa kata harap di perhatikan,��
ReplyDelete